
Daerah – Para petani talas beneng di Desa Bukit Raya, Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara, akhirnya memiliki harapan baru untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil panen. Selama bertahun-tahun, musim hujan menjadi ancaman utama yang menyebabkan gagal keringnya daun talas beneng sebagai bahan baku ekspor. Namun kini, teknologi Smart Dryer System hadir sebagai solusi.
Inovasi ini dikembangkan oleh tim dosen dari Konsorsium Perguruan Tinggi Vokasi Kaltim yang melibatkan Politeknik Negeri Samarinda (Polnes) dan Politani Samarinda. Program ini merupakan bagian dari skema riset terapan Berdikari, yang didanai oleh LPDP dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Tim peneliti terdiri dari Surahman, Ph.D., Said Keliwar, M.Sc., Dr. Prapdopo, Ani Fatmawati, M.T., Adnan Putra Pratama, M.Sc., dan Pandhu Rochman Suosa, M.Sc. Mereka merancang Smart Dryer System berbasis efek rumah kaca yang mampu mempertahankan suhu optimal di ruang pengering, meski cuaca hujan atau mendung.
Teknologi ini juga terintegrasi dengan sistem Internet of Things (IoT) sehingga petani dapat memantau suhu, kelembaban, dan kondisi pengeringan secara digital. Dengan demikian, proses produksi menjadi lebih efisien, higienis, dan konsisten untuk standar industri maupun ekspor.
Bagi Kelompok Tani Trimas Makmur, teknologi ini bukan sekadar alat, tetapi momentum perubahan. Mereka yang selama ini hanya mengandalkan matahari kini bisa berproduksi sepanjang tahun tanpa takut risiko kerugian.
Ketua kelompok, Edi Suwignyo, menyebut teknologi ini membuka peluang yang lebih besar bagi petani lokal.
“Teknologi ini memberi kami keyakinan baru. Sekarang kami bisa memproduksi kapan saja, tanpa takut cuaca menghentikan usaha kami,” katanya. (Red)